Adiksi Internet Pada Anak

Gambar : Unsplash
Bagi sebagian besar kalangan, gawai telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari. Laptop, notebook, iPad, tablet, dan terutama smartphone, hampir selalu menemani hari-hari kita dalam menjalankan aktivitas. Penting atau tidak penting. Bermanfaat atau tidak bermanfaat. Gawai yang dilengkapi dengan koneksi internet telah mengubah cara pandang, pola pikir, dan kemudian pola hidup kita yang menjadi semakin tergantung pada teknologi.
Sebut saja misalnya, dulu kita membaca koran, majalah buku dan TV untuk membaca/menyaksikan berita, mencari informasi dan menambah pengetahuan. Sekarang informasi, berita dan pengetahuan dapat kita temukan di layar smartphone. Hiburan yang dulu kita temukan di panggung-panggung kesenian, bioskop dan pasar malam, sekarang bisa kita saksikan dengan mudah sambil rebahan di kamar. Saat bepergian pun, dulu kita menemukan tempat tujuan dengan menghapalkan alamat, mencermati petunjuk-petunjuk arah di jalan raya, mengenali tanda-tanda khusus dan "ancer-ancer", bertanya kepada orang-orang. Sekarang semua "keribetan" itu digantikan dengan beberapa sentuhan pada smartphone kita, dengan MAPS.
Internet memang dapat memberikan akses kepada informasi-informasi yang penting, cerita-cerita yang inspiratif, games, dan pengetahuan yang dibutuhkan. Namun ketika digunakan secara berlebihan, maka internet dapat mengganggu pekerjaan, kehidupan sosial, dan rutinitas sehari-hari. Internet dengan segala kemampuan dan daya tariknya juga dapat mengakibatkan adiksi atau kecanduan. Adiksi internet termasuk gangguan kejiwaan. Pengidap adiksi internet terbius dalam keasyikan mengakses internet, sehingga tidak mampu mengendalikan dan membatasi durasi penggunaannya, Ia merasa bahwa dunia maya di balik layar gadgetnya lebih menarik dan mengasyikkan dibandingkan dengan dunia nyata.

Tanda-tanda adiksi gawai/internet :
selalu memeriksa gawai tanpa alasan yang jelas
merasa cemas, gelisah dan salah tingkah jika tidak membawa atau menggunakan gawai
menghindar dari interaksi sosial dan menghabiskan waktu dengan gawai
Mudah tertarik, terpengaruh dan terdistraksi dengan aplikasi baru dalam gawai.
Menurunnya prestasi belajar atau performa kerja akibat penggunaan gawai yang berkepanjangan
Gejala emosional :
Tidak memperhatikan keadaan sekitar
Menggunakan gawai secara berlebihan
Tidak mau bekerja
Menunda-nunda pekerjaan
Tidak sadar waktu
Mengasingkan diri dari kehidupan sosial
Gejala fisik :
Sakit punggung, sakit leher, sakit kepala, Carpal Tunnel Syndrome, insomnia, mata kering atau mengalami masalah penglihatan
Tidak mau makan, atau sebaliknya makan berlebihan. Berat badan menurun atau meningkat secara drastis.
Tidak mau merawat diri (misalnya mandi, karena asyik mengakses internet)
Dampak adiksi internet :
Perilaku emosi : marah, menangis, berteriak ketika dibatasi penggunaan gawainya, khawatir jika tidak ada akses Wifi, gawainya lowbat, atau jauh dari gawainya.
Perilaku sosial : menurunnya kemampuan bersosialisasi, hubungan dengan orang tua merenggang, pasif, agresif, malas, menderita obesitas, pola tidur berubah
Cara mengatasi adiksi internet pada anak :
Batasi waktu dan durasi penggunaannya
Dorong anak bersosialisasi dengan teman sebaya
Arahkan anak untuk aktif dalam berbagai kegiatan
Sediakan mainan alternatif
Luangkan waktu untuk anak
Ajak anak berdiskusi
Berikan perhatian pada anak
Jadilah tauladan bagi anak

Kita juga bisa menggunakan metode 20 - 6 - 20. Tiap 20 menit, alihkan pandangan mata dari layar, dan arahkan ke objek berjarak kira-kira 6 meter, selama 20 detik.

Disarikan dari :
Adiksi Internet Pada Anak, oleh Dr. Yeni Triwahyuningsih, S.Psi., Psikolog,
yang dibawakan dalam acara Parent Meeting Sekolah Pelangi Indonesia